Maudemarie Clark, Nietzsche on Ethics and Politics, New York: Oxford University Press, 2015, x+318 hlm.

  • Yulius Tandyanto Mahasiswa, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta

Abstract

Maudemarie Clark adalah salah satu dari sekian akademisi yang cukup tekun menggeluti teks-teks Nietzsche dalam 20 tahun terakhir ini. Buku pertamanya berjudul Nietzsche on Truth and Philosophy juga diterbitkan oleh Oxford University Press pada tahun 1990. Sejak saat itu, Clark sering menuliskan kajian-kajiannya mengenai Nietzsche pada berbagai antologi buku maupun jurnal, termasuk Journal of Nietzsche Studies (New York: Penn State University Press).

 

Salah satu kekhasan pendekatan Clark adalah pendekatan kombinasinya yang bercorak analitis. Ia menamakannya kombinasi karena ia mengambil unsur-unsur pendekatan tradisional (Walter Kaufmann dan John Wilcox) dan pendekatan Nietzsche Baru (Alexander Nehamas dan Sarah Kofmann) seraya menganalisisnya dengan gaya analitis (seperti Arthur Danto dan Bern Magnus). Dan hasilnya adalah suatu kajian simpatik mengenai filsafat Nietzsche yang berkaitan erat dengan perkembangan sains, pendidikan, etika, dan politik terkini.

 

Dua tema terakhir itulah (etika dan politik) yang menjadi tema besar buku terbarunya, Nietzsche on Ethics and Politics (NEP). Tentu saja kajian Clark ini menarik karena bertentangan dengan pandangan umum yang sering dikenakan kepada Nietzsche: imoralis dan apolitis. NEP sendiri sebetulnya terdiri dari empat belas artikel yang telah disusun secara terpisah oleh Clark entah sebagai artikel jurnal, konferensi, ataupun kuliah. Namun, untuk memudahkan pembaca, Clark menggolongkan keempat belas artikel tersebut ke dalam tiga topik besar, yakni etika, politik, dan metafisika.

 

 

 

Melalui dua tema tersebutetika dan politikClark menghadirkan tafsiran tak lazim atas teks-teks Nietzsche. Meski demikian, tafsiran ter sebut bukanlah hal yang baru di kalangan akademisi Nietzschean yang berkembang pesat dalam satu dekade terakhir ini. Misalnya, tafsir yang memprioritaskan nilai-nilai aristokratis ketimbang institusi/tatanan politik aristokratis sekurang-kurangnya telah muncul sejak tahun 1990-an seperti yang dipaparkan oleh Ted Sadler dalam buku Nietzsche: Truth and Redemption (London: Athlone Press, 1995). Dalam buku tersebut, Sadler mengistilahkannya dengan roh aristokratis yang dibedakan dengan dua jenis roh lainnya: roh kelas jelata dan roh kelas menengah.

 

Selain itu, format NPE sebagai kumpulan esai-esai Clark lebih menekankan kekayaan sudut pandang ataupun kritik atas tafsiran umum mengenai etika dan politik Nietzschean ketimbang kedalaman argumentasi akan suatu isu tertentu. Penekanan tersebut tampak ketika Clark membahas pandangan-pandangan para komentator Nietzsche kontemporer (khususnya Anglo-Amerika), seperti: Lawrence J. Hatab, Bernard Williams, Allan Bloom, Keith Ansell-Pearson, Julian Young, dan Brian Leiter. Meski demikian, NPE menawarkan posisi tafsir yang cukup kokoh karena Clark menunjukkan secara langsung teks-teks Nietzsche yang menjadi sumber rujukannya. Tentu saja iklim tersebut baik guna membuka polemik dan variasi pemahaman yang lebih teruji seiring waktu. (Yulius Tandyanto, Mahasiswa, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.)

Published
2016-10-17
How to Cite
Tandyanto, Y. (2016). Maudemarie Clark, Nietzsche on Ethics and Politics, New York: Oxford University Press, 2015, x+318 hlm. DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA, 15(2), 209-214. Retrieved from https://driyarkara.ac.id/jurnal-diskursus/index.php/diskursus/article/view/34