Scott B. Noegel and Gary A. Rendsburg, Solomon’s Vineyard: Literary and Linguistic Studies in the Song of Songs, Ancient Israel and Its Literature, Atlanta, GA: Society of Biblical Literature, 2009, 267 + xvi hlm.
Abstract
Beberapa tahun yang lalu ada seorang perempuan berpindah dari Katolik ke Islam. Segera ia laku keras sebagai pemberi kotbah. Dari sekian banyak kritik tajam yang dilancarkannya, ia menyebut secara khusus Kitab Kidung Agung. Ia secara tegas mengajak para pendengarnya untuk tidak percaya akan kesucian dan kebenaran wahyu ilahi dalam Kitab Suci Kristiani, karena di dalamnya termuat tulisan-tulisan yang sangat sensual, erotis, bahkan bernuansa pornografi. Tidak mungkin Sang Mahasuci mewahyukan hal-hal semacam itu.
Sementara itu, di kalangan Yudaisme—yang juga memiliki Kitab Kidung Agung dalam kanon Kitab Suci mereka hingga hari ini—ada posisi yang tegas untuk membela kesucian kitab tersebut. Rabi Akiba dalam Mishnah Yadayim 3:5 bahkan mengatakan demikian: “Tidak ada seorang pun di Israel yang boleh mempersoalkan status Kidung Agung... karena seluruh dunia ini seolah tidak ada artinya pada hari ketika Kidung Agung dianugerahkan kepada Israel; karena seluruh tulisan adalah kudus, tetapi Kidung Agung adalah yang paling kudus dari antara yang kudus itu.”
.........................................................
Tentu di sini selalu ada yang bisa diperdebatkan. Apakah memang benar bahwa bahasa puisi yang sangat eksplisit menunjuk pada hal-hal seputar organ kelamin dan aktivitas seksual adalah sebuah kendaraan yang efektif untuk melancarkan protes politik melawan penguasa lalim? Jika benar demikian, mungkinkah itu ditampilkan juga dalam terjemahan baru bahasa Indonesia? Apakah terjemahan menjadi “Vaginamu seperti sebuah mangkuk yang dalam, yang jangan sampai kekurangan cairan kenikmatan. Vaginamu lebat ditumbuhi dan dikelilingi rambut” masih bisa dibaca sebagai sebuah tulisan suci? Mungkin, di sinilah justru letaknya bukti bahwa kitab ini adalah yang paling suci dari segala pe- wahyuan ilahi. Jika ini menggoncang, mungkin ini juga bukti ketidakmampuan pembaca modern zaman ini untuk masuk ke wilayah kesucian pada tingkat itu. (T. A. Deshi Ramadhani, Program Studi Ilmu Teologi, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta).
DISKURSUS applies the Creative Commons license (CC BY). We allow readers to read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full texts of its articles and allow readers to use them for any other lawful purpose. The author must be aware that the article copyrights will be fully transferred to DISKURSUS if the article is accepted to be published in the journal. Once the manuscript has been published, authors are allowed to use their published article under DISKURSUS copyrights. Full information about CC BY can be found here: https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/