Jens Zimmermann, Incarnational Humanism: A Philosophy of Culture for the Church in the World, Downers Grove, IL.: InterVarsity Press, 2012, 356 hlm. (kami singkat I) dan
Jens Zimmermann, Humanism and Religion: A Call for the Renewal of Westerm Culture, Oxford: Oxford University Press, 2012, 379 hlm. (kami singkat II).
Abstract
Dalam kedua buku ini Jens Zimmermann mengamati bahwa Eropa telah dan sedang mengalami krisis identitas serta krisis kebudayaan. Hal ini disebabkan karena masyarakat Eropa melupakan akar identitas dan kebudayaannya, yaitu humanisme Kristiani. Zimmermann menawarkan suatu jalan keluar dari krisis, yaitu kembali ke akar identitas dan budaya Eropa, yaitu filsafat Kristiani tradisional yang berpusat pada inkarnasi. Hal ini akan menjadi pemecahan bagi berbagai krisis dan per- masalahan yang dihadapi Eropa dewasa ini. “Humanisme inkarnasional” menyatakan bahwa Allah menjadi manusia sehingga manusia dapat mencapai realisasi dari imago Dei atau gambaran Allah. Hal ini menjadi dasar utama kebudayaan Barat. Menurut Zimmerman, pengertian kita tentang persona, yang menyeimbangkan antara diri individual dan diri sosial, keluhuran martabat manusia dan hak-haknya, kebebasan dan tanggung jawabnya, dibangun atas dasar ajaran mengenai inkarnasi. Demikian pula dengan tradisi yang menekankan nilai bahasa, kesusasteraan dan seni untuk pemahaman diri manusia, hubungan iman dan akal budi, serta pentingnya pendidikan watak terbentuk oleh humanisme, khususnya humanisme pada masa Renaissance.
Berbeda dari para pakar Renaissance lainnya, yang menafsirkan kebudayaan Renaissance sebagai pintu masuk ke dalam kebudayaan sekular dan masa Pencerahan, Zimmermann berpandangan bahwa Renaissance didahului oleh dan merupakan kelanjutan dari gagasan Bapa-Bapa Gereja Abad Tengah yang menempatkan inkarnasi sebagai pusat dari humanisme. Pendidikan di masa Renaissance merupakan pembentuk kebudayaan Kristiani. Istilah Jerman Bildung mengungkapkan kesatuan antara pendidikan dan kebudayaan. Inilah kunci dari kesinambungan budaya Kristiani. “Tujuan saya ialah menunjukkan kesinambungan tema dalam humanisme dan pendidikan watak di mana estetika dan bahasa memainkan peran penting. Saya telah menunjukkan bahwa humanisme Renaissance terutama merupakan humanisme Kristiani, yang sangat tergantung pada pemikir Patristik, Kekristenan Platonik” (I, hlm. 159). Zimmermann tidak membahas bahwa dalam masa Pencerahan telah terjadi suatu “keterputusan” dengan tradisi Kristiani sebelumnya.
..................
Jens Zimmermann telah berhasil merunut perkembangan huma- nisme Kristiani dan menjelaskan bagaimana identitas masyarakat Eropa serta kebudayaannya berakar pada humanisme Kristiani. Maka apabila masyarakat Eropa akan mengatasi krisis identitasnya dan kebudayaannya mereka harus kembali kepada akar-akarnya tersebut, yaitu humanisme Kristiani. Humanisme itu didasarkan pada inkarnasi Allah.
Pandangan Zimmermann bergerak dalam kawasan abu-abu, antara teologi dan filsafat. Satu aspek yang dilalaikan oleh Zimmerman ialah pembahasan mengenai terjadinya berbagai tragedi kemanusiaan di Eropa, seperti holocaustum dan imperialisme. Zimmermann hanya menyebut sepintas mengenai Hitler. Peristiwa-peristiwa tragedi itu merupa- kan disrupsi dalam sejarah Eropa, yang memutus kesinambungan akar- akar Kristiani. Pembangunan identitas membutuhkan kesinambungan historis serta reinterpretasi terus-menerus. Apakah relevan untuk me- ngatasi krisis jaman sekarang dengan menghidupkan kembali akar-akar humanisme Kristiani tanpa menafsirkannya kembali dalam konteks ma- syarakat Eropa yang semakin menjadi plural? Pandangan Zimmermann mirip dengan pandangan Paus Benediktus XVI, yang mengingatkan kem-bali akar Kristiani budaya Eropa. (M. Sastrapratedja, Program Pasca- sarjana, sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta).
DISKURSUS applies the Creative Commons license (CC BY). We allow readers to read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full texts of its articles and allow readers to use them for any other lawful purpose. The author must be aware that the article copyrights will be fully transferred to DISKURSUS if the article is accepted to be published in the journal. Once the manuscript has been published, authors are allowed to use their published article under DISKURSUS copyrights. Full information about CC BY can be found here: https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/