Ex Philosophia Claritas
Dari Filsafat Muncul Kejernihan

Tentang Kami

SEJARAH

AWAL MULA DIDIRIKANNYA SEKOLAH TINGGI FILSAFAT DRIYARKARA

Pada tanggal 2 Februari 1969 (tepat 2 tahun setelah Driyarkara meninggal), di sebuah ruang tamu di Susteran Theresia Jalan H Agus Salim, Jakarta, jejak perintisan Sekolah Tinggi Filsafat bernama Driyarkara dimulai. Proses pembidanan sebuah sekolah filsafat dilakukan bersama oleh rekan-rekan almarhum, yaitu Prof. Dr. Fuad Hassan, Prof. Dr. Slamet Iman Santosa yang mendambakan didirikannya sebuah institut filsafat di Indonesia yang terbuka untuk umum, berdiri sendiri, dan merupakan pusat yang mampu menarik dosen untuk lebih memantapkan usaha pengembangan filsafat di Jakarta. Inilah Dies Natalis pertama Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di tahun 1969. Dipu­tuskan untuk menamakan lembaga baru ini “Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara” untuk meng­ungkapkan keterlibatannya pada cita-cita almarhum Prof. Driyarkara.

BIOGRAFI
Prof. Dr. N. Driyarkara, SJ.

Prof. Dr. Nicolaus Driyarkara SJ (lahir di Kedunggubah, Kaligesing, Purworejo, 13 Juni 1913 – meninggal di Girisonta, Ungaran, Jawa Tengah, 11 Februari 1967 pada umur 53 tahun. Ajaran pokok Driyarkara yaitu "manusia adalah kawan bagi sesama". Manusia adalah rekan atau teman bagi sesamanya di dunia sosialitas ini (homo homini socius). Pikiran homo homini socius ini ditaruh untuk mengkritik, mengoreksi, dan memperbaiki sosialitas preman; sosialitas yang saling mengerkah, memangsa, dan saling membenci dalam homo homini lupus (sesama adalah serigala bagi manusia). Sampai tahun 1951 nama Driyarkara tidak dikenal. Hampir seluruh waktunya dia gunakan untuk studi secara intensif. Catatan harian yang ditulisnya sejak 1 Januari 1941 sampai awal tahun 1950 tidak pernah lepas dari persoalan aktual-mendesak yang dihadapi manusia, khususnya rakyat Indonesia. Karya publik awal tulisannya tidak langsung filosofis. Karya awalnya berupa catatan ringan dalam bahasa Jawa yang dimuat majalah Praba, sebuah mingguan berbahasa Jawa yang terbit di Yogyakarta. Disusul kemudian dengan Warung Podjok dengan nama samaran Pak Nala. Terbitnya majalah Basis tahun 1951 membuka peluang Driyarkara memperkenalkan ide-idenya ke masyarakat. Mulanya dengan nama Puruhita, kemudian dengan nama lengkap Driyarkara. Cara penyajiannya bergaya percakapan, setapak demi setapak membawa pembaca ke permenungan filosofis.

PENDAFTARAN JURUSAN

Hampir 95% Mahasiswa Internasional Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara merekomendasikan kepada siswa lain untuk belajar Filsafat di tempat kami.