16 April 2025
KOMUNITAS:
Pada Kamis, 10 April 2025, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (STFD) menyelenggarakan kuliah umum yang menggugah pikiran bersama Prof. Merlyna Lim, Ph.D.—pakar media digital dan masyarakat jaringan global dari Carleton University, Kanada. Bertemakan "Media Sosial dan Politik di Asia Tenggara", kuliah ini mengajak peserta menyelami dunia sosial-digital yang kini menjadi lanskap utama dalam kehidupan publik kita.
Mengawali pemaparannya, Prof. Merlyna mengajukan pertanyaan mendasar: Bagaimana seharusnya kita memahami kehadiran kita di dunia digital yang sarat gejolak ini? Menurutnya, media sosial bukanlah medium netral. Ia diciptakan dengan desain dan niat tertentuuntuk memperluas pasar, bukan memperkuat demokrasi. Melalui analisis tajam, ia menunjukkan bagaimana algoritma media sosial bekerja dengan logika pemasaran: memaksimalkan engagement, menargetkan emosi pengguna, dan mengejar keuntungan iklan. Fenomena ini ia sebut sebagai algorithmic marketing culture, sebuah budaya algoritmik yang dibentuk oleh pertemuan antara prinsip pasar dan teknologi otomatisasi.
Meski kuliah ini sarat kritik dan analisis tajam, Prof. Merlyna menutup dengan nada penuh harapan. Ia menolak bersikap pesimistis. Justru, ia mengajak semua peserta untuk membangun ruang-ruang alternatif yang tidak tunduk pada logika algoritmik sebagai network spaces of hope. Jejaring kemanusiaan yang dibangun atas dasar solidaritas, pengertian, dan kasih. Di tengah dunia yang makin dikendalikan oleh algoritma, suara seperti Prof. Merlyna menjadi pengingat penting: bahwa masih ada ruang untuk berpikir kritis, merasa dengan hati, dan bertindak secara manusiawi (S. Fritz Prasetyo).Hampir 95% Mahasiswa Internasional Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara merekomendasikan kepada siswa lain untuk belajar Filsafat di tempat kami.